Hikmah

Keutamaan Menyantuni Anak Yatim


sebulan yang lalu


keutamaan-menyantuni-anak-yatim

Pengetahuan umum insan mengatakan bahwa kesempurnaan hidup seseorang anak sangat tergantung dan ditopang oleh potensi orang tua, terutama ayah. Pemahaman seperti ini menghadirkan keyakinan bahwa seorang anak yang hidup tanpa keberadaan ayah karena telah wafat mengakibatkan sang anak menghadapi kekurangan banyak hal, termasuk kekurangmampuan dalam menyiapkan masa depannya yang berlevel baik dan atau minimal standar, baik sisi duniawi maupun ukhrowinya. 

Logikanya, jika seorang anak hidupnya didampingi ayahnya, maka ilmunya, dunianya, akhiratnya tersiapkan dengan baik. Sebaliknya, jika ayahnya terlebih dahulu wafat, semua faktor tidak bisa diraih oleh anak tersebut, lebih-lebih kepercayaan dirinya menjadi rendah. 

Pemahaman ini tidak salah dan itulah makna dan hikmahnya Allah me-warning insan cukup keras dalam Al-Qur’an, di antaranya disebut dalam surat  Al-Ma’un dengan redaksi dan laqob atau sebutan tahukah engkau siapakah ”pendusta agama” itu? 

Di dalam ayat yang lain Allah SWT juga berfirman :

فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۗ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْيَتٰمٰىۗ قُلْ اِصْلَاحٌ لَّهُمْ خَيْرٌۗ وَاِنْ تُخَالِطُوْهُمْ فَاِخْوَانُكُمْۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِۗ
 وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَاَعْنَتَكُمْ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
 
“Tentang dunia dan akhirat. Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki keadaan mereka adalah baik.” Jika kamu mempergauli mereka, mereka adalah saudara-saudaramu. Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana” (QS Al-Baqarah: 220).

Sangat jelas bahwa terhadap anak yatim, tugas kita adalah ”memperbaiki mereka” pada semua sisi. Semua aspek dalam rangka membuat mereka menjadi anak yang eksis bersama kompetensi dan komitmen yang dimilikinya. Demikian hebatnya ajaran Islam dan bagi yang tidak memperhatikan nasib mereka, maka Allah memberikan julukan dalam surat Al-Ma’un ayat 1-3 sebagai “pendusta agama”.

Lebih lanjut Islam menjelaskan di antara keutamaan menyantuni anak yatim:
1. Menjadi Golongan Orang-Orang yang Mukmin.
Orang yang mengasihsayangi dengan rutin memberikan santunan anak yatim masuk dalam golongan orang mukmin dan muttaqin.

لَّيْسَ ٱلْبِرَّ أَن تُوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ ٱلْمَشْرِقِ وَٱلْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلْكِتَٰبِ وَٱلنَّبِيِّۦنَ وَءَاتَى ٱلْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَٱلسَّآئِلِينَ وَفِى ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَٰهَدُوا۟ ۖ وَٱلصَّٰبِرِينَ فِى ٱلْبَأْسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلْبَأْسِ ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُتَّقُونَ

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS Al-Baqarah: 177).
2.    Dimuliakan dan Terlimpahkan Rezekinya

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ . وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَن
كَلَّا بَلْ لَا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ

“Maka, adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu memuliakannya, dan memberinya kesenangan, maka ia berkata, ‘Tuhanku telah memuliakanku’. Dan apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka ia berkata, ‘Tuhanku menghinaku’. Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim” (QS Al-Fajr: 15-17).

3.    Tidak Masuk dalam Golongan Pendusta Agama
Orang-orang yang menghardik anak yatim (berkata kasar, memaki, memukul, dan tindakan sejenisnya) akan termasuk dalam golongan pendusta agama. Allah berfirman:

اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ (١) فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ (٢) وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ (٣)

“Tahukah kamu orang yang mendustakan Agama, itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan kepada anak miskin.” (QS. Al-Ma’un: 1-3).

Syekh Musthafa Al-Maraghi dalam tafsirnya menerangkan tentang penjelasan ayat di atas sebagai berikut: "Apakah engkau (Muhammad) mengetahui orang itu, orang yang mendustakan perkara-perkara Ilahiyah dan urusan-urusan gaib yang akan mereka temui mendatang setelah jelas baginya  adanya dalil qath'i dan petunjuk yang terang-benderang yang menjelaskannya. Jika engkau tidak mengetahui sosoknya, maka kenali dia dengan sifat-sifatnya, yaitu pertama, orang yang mendustakan hari kebangkitan itu adalah orang yang menghardik anak yatim dan membentak-bentaknya dengan kasar bila datang kepadanya untuk meminta kebutuhanya, merendahkan keadaannya dan menyombongkan diri kepadanya. Kedua, ia tidak menganjurkan orang lain untuk memberi makan kepada orang miskin. Jika ia tidak menganjurkan orang lain untuk memberi makan kepada orang miskin dan tidak mengajak untuk itu, maka ia sendiri lebih-lebih tidak melakukannya.”

4.    Dilembutkan Hatinya
Suatu hari seorang laki-laki datang mengadu kepada Rasulullah SAW tentang hatinya yang keras (qaswatul qalb), kemudian Nabi SAW menjawab:

إن أردت تلين قلبك، فأطعم المسكين، وامسح رأس اليتيم
“Jika kamu ingin melunakkan hatimu maka berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim” (HR Al-Hakim dalam al-Mustadrak).

 Semoga Allah SWT mendidik hati kita untuk sayang lahir batin kepada anak yatim dan kita mendapat keberkahan dari amal tersebut serta masuk surga berdampingan dengan Nabi SAW. Aamiin.